INIKLIK.ID – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan komitmen kuat terhadap pertahanan dan kedaulatan nasional dalam pembukaan Indo Defence Expo & Forum 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Rabu (11/6/2025). Dalam pidatonya, Presiden menyatakan, “Lebih baik kita mati daripada dijajah kembali.”
Pernyataan ini disampaikan di hadapan para tamu dari dalam dan luar negeri, termasuk pejabat tinggi TNI, duta besar negara sahabat, serta pelaku industri pertahanan global. Ini merupakan salah satu momen paling menonjol sejak Prabowo resmi menjabat sebagai Presiden Indonesia pada Oktober 2024.
Pesan Tegas: Bangsa yang Lemah Akan Diperbudak
Dalam pidatonya yang bernada patriotik, Prabowo mengingatkan pentingnya kekuatan militer dan kesiapan nasional dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman.
“Negara yang tidak mau membangun pertahanan akan menjadi bangsa yang tidak merdeka. Bangsa yang menjadi budak, yang disuruh-suruh oleh bangsa lain,” ujar Presiden Prabowo, dikutip dari siaran resmi Sekretariat Presiden.
Pernyataan tersebut menjadi pengingat bahwa kemerdekaan tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang permanen tanpa upaya mempertahankannya secara serius. Prabowo juga menyatakan bahwa sejarah kolonialisme telah membuktikan bahwa kekayaan Indonesia pernah dijarah secara masif oleh negara asing.
Sejarah Jadi Cermin Masa Kini
Dalam pidato itu, Presiden juga menyinggung masa penjajahan Belanda, yang menurutnya telah mengambil kekayaan dari tanah Indonesia senilai lebih dari US$ 31 triliun. Ia menekankan bahwa penguasaan sumber daya oleh pihak luar tidak boleh terulang dalam bentuk apa pun, termasuk melalui cara ekonomi atau teknologi.
“Penjajahan tidak selalu berbentuk fisik. Ketika suatu bangsa tidak mampu mempertahankan kekayaan dan kedaulatannya, maka penjajahan bisa terjadi dengan cara-cara baru,” ujar Prabowo.
Namun, ia juga menegaskan bahwa Indonesia tetap menjunjung tinggi prinsip kerja sama internasional yang saling menghormati.
Komitmen pada Modernisasi Pertahanan
Pernyataan Presiden itu selaras dengan agenda besar Indonesia dalam meningkatkan kemampuan pertahanan. Indo Defence 2025 menjadi panggung penting bagi Indonesia untuk menampilkan produk industri pertahanan nasional seperti dari PT Pindad, PT PAL, dan LEN Industri, sekaligus memperkuat kerja sama teknologi militer dengan negara mitra.
Pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas tempur TNI, penguatan teknologi siber, dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk pertahanan, sejalan dengan transformasi global di sektor militer.
Reaksi dan Respons Publik
Hingga Kamis pagi (12/6), pernyataan Prabowo menjadi salah satu topik yang ramai diperbincangkan di media sosial. Sejumlah pengguna X (dulu Twitter) menilai pernyataan itu sebagai bentuk semangat nasionalisme. Namun, ada pula yang mengingatkan agar pembangunan kekuatan pertahanan tidak mengesampingkan aspek kesejahteraan rakyat.
Meski belum banyak komentar resmi dari pakar atau pengamat, pernyataan Presiden ini diperkirakan akan menjadi perbincangan strategis dalam waktu dekat, terutama dalam forum-forum kebijakan luar negeri dan pertahanan nasional.
Pidato Presiden Prabowo di Indo Defence 2025 memperlihatkan arah kebijakan pertahanan yang kuat dan tegas. Seruan “lebih baik mati daripada dijajah kembali” bukan sekadar retorika emosional, melainkan bentuk penegasan bahwa kedaulatan bangsa harus dijaga dalam segala aspek—baik militer, ekonomi, digital, maupun budaya.
Masyarakat dan pemerintah perlu melihat pernyataan ini sebagai panggilan untuk memperkuat solidaritas nasional, membangun industri dalam negeri, dan meningkatkan ketahanan nasional di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.(*)
Eksplorasi konten lain dari iniklik
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.